Jumat, Mei 29, 2009

Sekilas Tentang Barcode

Barcode adalah suatu kode dalam bentuk sejumlah baris tegak. Dalam bahasa Indonesia sering disebut juga kode baris atau kode batang atau sandi lurik. Ada pula yang hanya menuliskan barkod. Dalam tulisan ini akan digunakan saja istilah barcode dengan cetak miring. Kode berbentuk baris tegak ini dapat dibaca dengan suatu alat baca tertentu (barcode reader) untuk kemudian hasilnya dapat disalurkan ke komputer untuk diolah selanjutnya. Barcode dapat dibuat dengan menggunakan alat cetak barcode khusus atau menggunakan alat cetak biasa (printer). Pencetakan barcode menggunakan alat cetak khusus memerlukan kertas khusus pula, yang hanya dibuat khusus untuk mencetak barcode. Sedangkan jika menggunakan alat cetak biasa (printer dotmatrix, deskjet atau laser) kertas yang digunakan dapat lebih beragam misalnya kertas HVS, kertas duplikator atau kertas label berlem yang biasa digunakan untuk membuat label buku di perpustakaan. Contoh tampilan barcode dapat dengan mudah ditemukan pada kemasan produk barang komersil, misalnya pada kemasan mie instan, sabun, rokok, halaman belakang buku terbitan luar negeri, kartu surat izin mengemudi (SIM) dan sebagainya. Barcode pada kemasan produk komersil ini digunakan sebagai identifikasi produk, misalnya identifikasi mengenai ukuran kemasan, cita-rasa, jenis dan sebagainya.

Manfaat Barcode untuk Bidang PUSDOKINFO

Dalam bidang PUSDOKINFO barcode antara lain dapat digunakan untuk mempercepat dan mempertepat proses transaksi sirkulasi dokumen. Barcode dapat dicetak pada kartu anggota perpustakaan. Kode ini akan menunjukkan kode khusus nomor identifikasi anggota untuk memudahkan input data pengguna jika pengguna akan melakukan transaksi peminjaman atau pengembalian buku. Barcode juga dicetak atau ditempelkan pada buku untuk memudahkan input data buku jika sebuah buku akan dipinjam atau dikembalikan oleh seorang pengguna. Penggunaan barcode terbukti sangat mempercepat dan mempertepat transaksi sirkulasi, karena tidak akan terjadi lagi kesalahan ketik nomor anggota atau nomor kode buku pada level proses transaksi. Kesalahan hanya mungkin timbul pada level input data awal kode pengguna atau kode buku pada bagian pemasukan data.
>>baca selengkapnya....

Membangun Masyarakat Cinta Perpustakaan

Upaya menumbuhkembangkan minat baca masyarakat bisa ditingkatkan dengan memberikan fasilitas pelayanan perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa perpustakaan.
Bangsa yang maju dapat diukur dari tingkat minat baca masyarakat serta seberapa aktif masyarakat membaca setiap hari. Perpustakaan sebagai penyedia layanan bacaan bagi masyarakat menjadi representasi utama untuk mengukur tingkat minat baca masyarakat, seberapa banyak perpustakaan yang tersedia di suatu negeri, bagaimana fasilitasnya, berapa rasio masyarakat yang menjadi anggota perpustakaan, serta berapa banyak rata-rata buku dipinjam setiap harinya.
Disamping menjadi representasi kemajuan suatu negeri, keberadaan perpustakaan juga diharapkan bisa menjadi agen utama dalam mendorong minat baca masyarakat serta menyediakan bacaan yang cukup dan berkualitas kepada masyarakat. Untuk itulah diperlukan berbagai upaya agar perpustakaan dapat meningkatkan fasilitas layanan serta melakukan berbagai agenda kegiatan untuk mendorong minat baca masyarakat.
Ada empat elemen penting yang menjadi obyek bidikan agenda besar peningkatan minat baca masyarakat, yaitu pemerintah, perpustakaan, pustakawan dan masyarakat. Pemerintah sebagai penentu kebijakan utama, perpustakaan sebagai fasilitasnya, pustakawan sebagai agen perubahan dan masyarakat sebagai obyeknya.
Sebagai apapun dan siapapun kita, mari semua kita berpartisipasi memajukan Indonesia dengan meningkatkan minat baca kita masing-masing dan minat baca masyarakat di sekitar kita. Mari kita ramaikan dan kita majukan perpustakaan perpustakaan di negeri tercinta Indonesia.
KEGIATAN
Dalam rangka Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Membaca Nasional, Teratama bersama beberapa lembaga dan tokoh perpustakaan menyelenggarakan “LOMBA TULIS ARTIKEL NASIONAL 2009” dengan tema pilihan:
* Model Perpustakaan Ideal 2010
* Profil Pustakawan Ideal 2010
* Masyarakat Perpustakaan Cerdas 2010
* Peran Pemerintah bagi Perpustakaan
WAKTU PELAKSANAAN
* Waktu pengumpulan naskah artikel: tanggal 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Oktober 2009.
* Waktu pengumuman hasil lomba: tanggal 17 November 2009.
* Penyerahan hadiah: tanggal 27 November 2009.
* Publikasi Artikel terpilih: tanggal 17 November 2009 sampai waktu yang tidak terbatas.
PERSYARATAN PENULISAN
* Naskah ditulis menggunakan Bahasa Indonesia yang baku dengan tatabahasa dan ejaan yang disempurnakan.
* Naskah belum pernah diterbitkan/dipublikasikan sebelumnya.
* Mencantumkan tema pilihan & judul artikel.
* Naskah diketik komputer dengan font arial atau time news roman, spasi baris 1,5 pt., ukuran kertas kwarto atau A4, Jumlah halaman minimal 3 dan maksimal 10.
* Naskah dikirim disertai lampiran identitas yang meliputi: Nama, Tanggal Lahir, Jenis Kelamin, Alamat, Pekerjaan, Asal Instansi, No.KTP/SIM dan melampirkan fotokopi atau scan image identitas.
* Naskah dapat dikirim dalam format softfile maupun printout.
* Naskah dikirimkan melalui:Email: panitialomba@teratama.com
* Pos surat: Hotel Borobudur Jl. Magelang Km.6,3 Jombor Yogyakarta 55284
* Langsung ke sekretariat panitia: Hotel Borobudur Jl. Magelang Km.6,3 Jombor Yogyakarta 55284 ( Kantor Teratama ).
* Kiriman Naskah yang telah sampai kepada panitia akan segera di posting/diumumkan di Internet.
* Panitia tidak bertanggungjawab terhadap pengiriman naskah yang tidak sampai ke tangan panitia.
* Peserta yang telah mengirimkan naskah lebih dari 7 hari dan tidak menemukan nama dirinya di pengumuman peserta dapat konfirmasi ke panitia melalui email panitialomba@teratama.com atau melalui telephone 081227444464, 085868112700.
SYARAT PESERTA
* Masyarakat umum
* Pelajar dan mahasiswa
* Pustakawan
KRITERIA PENILAIAN
1. Kreativitas
* Permasalahan
* Gagasan
* Tujuan
2. Kegunaan (kontribusi bagi perkembangan perpustakaan).
3. Penulisan
* Alur pikir dan pengorganisasian gagasan
* Ketajaman analisis
* Penggunaan bahasa ilmiah
HADIAH LOMBA
Juara I mendapat uang sejumlah Rp. 3.000.000,- *)
Juara II mendapat uang sejumlah Rp. 2.000.000,- *)
Juara III mendapat uang sejumlah Rp. 1.000.000,- *)
50 Besar mendapat berbagai hadiah kenangan dari Teratama dan sponsor

sertakan diri anda jika merasa cinta terhadap dunia perpustakaan.
>>baca selengkapnya....

Problem and Solution

Dalam mengelola dan memanage sistem layanan pustaka, terkadang kita di hadapkan pada berbagai macam masalah yang cukup rumit. sebagai pustakawan yang profesional kita harus mampu menangani persoalan tersebut.
Berikut ini beberapa problem yang sering terjadi, tak lupa kami sertakan solusi untuk mengatasi persoalan tersebut :
• Peminjam ingin meminjam sebuah buku, namun buku yang akan dipinjam tidak ada di dalam stok buku tersedia.
o solusi : Dilakukan pecatatan atas buku yang ingin dipinjam namun belum ada pada stok. Dan daftar ini dapat dijadikan bahan untuk referensi jika penambahan stok buku dilakukan.
• Ada peminjam yang akan meminjam buku yang sedang dipinjam oleh peminjam lainnya.
o solusi : Pencatatan peminjaman harus ke dalam database yang baik dan dapat dilakukan waiting list atau daftar tunggu untuk buku yang sedang dipinjam. Dan jika buku dikembalikan, dapat diberitahu kepada peminjam yang berikutnya.
• Buku yang sudah dikembalikan ada yang statusnya masih tercatat dipinjam.
o solusi : pencatatan daftar peminjaman dan pengembalian buku harus segera diupdate secara otomatis pada saat pengembalian terjadi.
• Buku dipinjam terlalu lama atau tidak pernah dikembalikan oleh peminjamnya.
o solusi : daftar peminjam dicatat secara baik beserta dengan data identitas lainnya. Jika akan meminjam, identitas diperiksa dan jika dalam waktu tertentu buku tidak dikembalikan, maka peminjam dapat dihubungi.
• Seorang peminjam ingin meminjam suatu buku, buku tersedia dan ada di perpustakaan, namun belum dimasukkan dalam catalog buku.
o solusi : system harus dibuat agar tidak dapat memasukkan buku yang belum tercatat dalam catalog.
• Buku ada di dalam catalog perpustakaan, tetapi tidak dapat ditemukan bukunya.
o solusi : setiap pencatatan untuk catalog harus diperiksa ulang ada atau tidaknya buku tersebut.
• Kondisi buku ketika akan dipinjam atau dikembalikan rusak, halaman tidak lengkap, atau lainnya.
o solusi : Jika buku rusak ketika akan dipinjam, maka harus diberi keterangan jelas pada saat pencatatan peminjaman bahwa buku dipinjam dalam keadaan rusak. Dan kemudian pada saat pengembalian harus dilakukan pengecekan ulang terhadap kondisi buku.
• Peminjam ingin meminjam suatu buku, namun tidak dapat datang langsung ke perpustakaan.
o solusi : Disediakan jasa untuk pinjam-antar secara online baik melalui telephone atau website khusus dengan biaya tambahan untuk pengantaran.
• Seorang peminjam yang sudah terdaftar lama sebagai anggota, pada suatu waktu ingin meminjam banyak buku sekaligus, melebihi batasan yang ditentukan.
o solusi : Karena ada batas pinjam untuk mengurangi demand yang banyak maka jika ingin meminjam melebihi batas kuota peminjaman dikenakan biaya tambahan yang cukup besar agar peminjam dapat memikir dua kali untuk meminjam melebihi batas peminjaman.
• Seorang peminjam ingin mencari sebuah buku. Namun peminjam tidak tahu pasti judul buku yang ingin dipinjamnya, hanya mengetahui topik dan isi yang diinginkan dari buku.
o solusi : Buku harus dikelompokkan secara jelas dengan pencarian catalog yang mudah. Sehingga untuk peminjam yang seperti ini, dapat diberikan pilihan atau opsi yang jelas dari daftar buku yang tersedia dan mungkin sesuai dengan yang diinginkannya.
• Petugas tidak mengerti system. Petugas perpustakaan yang masih baru tidak dapat melayani peminjam buku dengan baik sebab system belum dipahami dengan baik.
o solusi : untuk petugas baru, harus diberikan pelatihan terlebih dahulu untuk pengenalan terhadap system atau dapat juga dilakukan pekerjaan percobaan dimana petugas baru diwajibkan untuk bekerja ditemani petugas yang lebih senior.
• Untuk anggota perpustakaan yang ingin membaca buku ditempat, terkadang hanya membaca saja, dan tidak mengembalikan buku ke posisi yang benar, sesuai catalog dan penempatannya.
o solusi : Diperlukan adanya petugas yang mengawasi dalam peletakan buku kembali dan apabila diperlukan, peletakan buku kembali pada tempatnya harus dilakukan oleh petugas tersendiri.
• Jika pada suatu waktu beberapa peminjam ingin meminjam buku secara bersamaan, waktu pelayanan menjadi lama, sebab data harus diinputkan satu persatu.
o solusi : Diperlukan adanya pelayanan secara bersamaan. Pencatatan peminjaman dilakukan secara otomatis oleh beberapa petugas sekaligus. Setiap petugas dapat mengakses data peminjaman yang sama pada saat yang bersamaan, sehingga proses pencatatan dapat dipercepat.
semoga bermamfaat dan membantu anda..
>>baca selengkapnya....

Rabu, Mei 27, 2009

perpustakaan MAN Cendekia Jambi

Sekilas profil perpustakaan

[perpustakaan mini dengan segudang manfaat. Berdiri di atas lahan seluas 125,05 m2 yang didesain khusus untuk mempermudah layanan teknis maupun sirkulasi koleksi perpustakaan. Lebih dari 10.000 eksemplar buku pelajaran dari berbagai penerbit sehingga memperkaya khasanah pengetahuan siswa dan guru.

Berbagai koleksi buku juga menghiasi setiap sudut ruangan. Di dalamnya juga terdapat layanan pencarian informasi secara online, download dan upload informasi melalui internet yang dapat diakses selama jam layanan perpustakaan ]

VISI : MENYEDIAKAN SUMBER PENGETAHUAN YANG KOMPETEN DAN BERKUALITAS BAGI SISWA DAN GURU GUNA MEMPERCEPAT PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN MADRASAH KHUSUSNYA DI MAN CENDEKIA JAMBI

MISI : MELAKUKAN PENGOLAHAN, PELAYANAN, PENYEBARAN DAN PERAWATAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN YANG BERKUALITAS BAGI SISWA DAN GURU DI MADRASAH MELALUI PENINGKATAN MUTU PERPUSTAKAAN, MENINGKATKAN KERJSAMA DENGAN PIHAK TERKAIT DEMI MENUMBUHKEMBANGKAN MINAT DAN BUDAYA GEMAR MEMBACA

JAM LAYANAN : Senin – Jum’at pukul 07.00 – 16.00 WIB

Sabtu pukul 07.00 – 13.00 WIB

>>baca selengkapnya....

Senin, Mei 25, 2009

ilmu perpustakaan

Ilmu perpustakaan (Inggris: library science) adalah bidang interdisipliner yang menggabungkan ilmu sosial, ilmu hukum, dan ilmu terapan untuk mempelajari topik yang berkaitan dengan perpustakaan. Ilmu perpustakaan ini mempelajari mengenai cara pengumpulan, pengorganisasian, pengawetan, dan penyebarluasan sumber informasi yang ada di suatu perpustakaan, serta berkaitan dengan nilai ekonomi dan politis dari informasi pada umumnya.

Pada mulanya ilmu perpustakaan lebih membahas mengenai ilmu pengarsipan. Hal ini berkaitan dengan cara penataan sumber informasi dengan sistem klasifikasi perpustakaan dan teknologi untuk mendukung maksud ini. Topik ini juga berkaitan dengan bagaimana pengguna jasa informasi ini mengakses, menelusuri, dan memanfaatkan informasi. Dan satu aspek lagi yang tidak kalah penting adalah etika dalam penataan dan pelayanan informasi, serta status legal dari suatu perpustakaan sebagai sumber informasi.

Secara akademis, mata kuliah dalam ilmu perpustakaan biasanya meliputi: manajemen koleksi, sistem informasi dan teknologi, kataloging, klasifikasi, cara pengawetan, referensi, statistika dan manajemen. Ilmu perpustakaan juga berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi komputer, oleh karena itu topik tentang sistem informasi manajemen, manajemen basis data, arsitektur informasi, dan manajemen pengetahuan juga menjadi bagian mata kuliah penting dalam pembahasan ilmu perpustakaan menuju suatu perpustakaan digital.


>>baca selengkapnya....

Adobe Photoshop CS Portable


Lagi-lagi portable. Silahkan didownload langsung.
http://rapidshare.de/files/20678793/PhotoshopCSPort.rar


Sumber dari situs Ilmu Website dalam kategori photoshop dengan judul AdobePhotoshop CS Portable >>baca selengkapnya....

Rabu, Mei 20, 2009

Peran dan Fungsi Perpustakaan

Perpustakaan bertujuan memberi bantuan bahan pustaka yang diperlukan oleh para pemakai. Tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:
(1) agar timbul kecintaan terhadap membaca, memupuk kesadaran membaca dan menanamkan kebiasaan membaca,
(2) membimbing dan mempercepat penguasaan teknik membaca,
(3) memperluas dan memperdalam pengalaman belajar,
(4) membantu perkembangan percapakan bahasa dan daya pikir murid,
(5) dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka secara baik,
(6) memberikan dasar-dasar kemampuan penelusuran informasi, dan
(7) memberikan dasar-dasar kemampuan ke arah studi sendiri.

Selain itu, tujuan perpustakaan sekolah juga untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar di sekolah yang bersangkutan. perpustakaan sekolah memiliki peran penting dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Dengan demikian perpustakaan sekolah merupakan suatu unit kerja dari sebuah lembaga persekolahan yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka penunjang proses pendidikan yang diatur secara sistematis. tujuannya adalah untuk digunakan secara berkesinambungan sebagai sumber informasi untuk mengembangkan dan memperdalam pengetahuan baik oleh guru, siswa maupun warga sekolah.Keberadaan perpustakaan sekolah juga memiliki manfaat. Secara rinci manfaat perpustakaan sekolah, baik yang diselenggarakan di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun perguruan tinggi sebagaimana dikemukakan oleh Bafadal, adalah sebagai berikut.
1. Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid-murid terhadap membaca.
2. Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar murid-murid.
3. Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan membaca.
4. Perpustakaan sekolah dapat mempercepat penguasaan teknik membaca.
5. Perpustakaan sekolah dapat melatih murid-murid ke arah tanggung jawab.
6. Perpustakaan sekolah dapat memperlancar murid-murid dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
7. Perpustakan sekolah dapat membantu guru-guru menemukan sumber-sumber pengajaran.
8. Perpustakaan sekolah dapat membantu murid-murid, guru-guru, dan anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jika dikaitkan dengan segi pelayanan, perpustakaan tidak hanya terbatas di ruangan atau gedung saja, tetapi juga pelayanan sampai pada tingkat kelas. Secara umum tujuan perpustakaan sebagai fungsi pelayanan adalah sebagai berikut:
1. Memupuk kegemaran dan kebiasaan membaca.
2. Membantu mengembangkan ketrampilan berbahasa baik bahasa sendri maupun bahasa lainnya.
3. Membantu anak didik mengembangkan minat, bakat, serta kegemaran
4. Membantu anak didik agar dapat menggunaan dan memanfaatkan bahan-bahan pustaka secara baik.
5. Membimbing anak didik untuk belajar bagaimana menggunakan dan memanfaatkan perpustakaan secara efektif dan efisien terutama dalam menelusuri bahan pustaka yang diinginkan.Sedangkan menurut Andoyo, tujuan perpustakaan sekolah adalah membantu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta nilai dan sikap hidup siswa dan guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Sumpeno, menyatakan bahwa fungsi perpustakaan adalah sebagai berikut:
(1) fungsi informasi,
(2) fungsi pendidikan,
(3) fungsi administrasi,
(4) fungsi rekreatif,
(5) fungsi sosial, dan
(6) fungsi riset.
Perpustakaan sekolah menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak, terekam maupun koleksi lainnya agar siswa dapat:
1. Mengambil berbagai ide dari buku yang ditulis oleh para ahli dari berbagai bidang ilmu.
2. Menumbuhkan rasa percaya diri dalam menyerap informasi dalam berbagai bidang serta mempunyai kesempatan untuk dapat memilih informasi yang layak yang sesuai dengan kebutuhannya.
3. Memperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi yang tersedia di peprustakaan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Memperoleh informasi yang tersedia di perpustakaan untuk memmecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Pendapat serupa juga dikemukan oleh Darmono, bahwa perpustakaan sekolah sangat diperlukan keberadaannya dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Perpustakaan merupakan sumber belajar.
2. Merupakan salah satu komponen sistem instruksional.
3. Sumber untuk penunjang peningkatan kualitas dan pembelajaran
4. Sebagai laboratorium belajar yang memungkinkan peserta didik dapat mempertajam dan memperluas kemampuan untuk membaca, menulis, berpikir dan berkomunikasi.
Dalam kaitannya dengan sumber belajar, maka perpustakaan merupakan salah satu dari beberapa sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah. Secara organisatoris persekolahan, perpustakaan cenderung berada di bawah koordinasi pusat suber belajar (PSB) yang dikoordinatori oleh koordinator PSB. Namun demikian, ada juga perpustakaan sekolah yang secara langsung berada di bawah kepala sekolah sebagai badan otonom dan bertanggungjawab langsung kepada kepala sekolah.Model yang kedua di atas, umumnya dikembangkan oleh sekolah yang mengerti dan sadar betul akan pentingnya peran dan fungsi perpustakaan. Mengingat, dengan berada dibawah komando langsung pemegang kebijakan di tingkat satuan pendidikan sehingga secara operasional manajemen lebih baik, penambahan koleksi, dan pengembangan perpustakaan jauh lebih terarah daripada berada di bawah koordinasi Pusat Sumber Belajar (PSB). Namun demikian, kedua model di atas tidak terjadi perbedaan yang menyolok, baik dari segi aktifitas maupun pengembangannya, dengan catatan bahwa perpustakaan harus dikelola secara proporsional dan sistem manajerial yang handal.
>>baca selengkapnya....

Profesionalisme Pustakawan

I.PENDAHULUAN
Dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat membawa dunia memasuki gelombang peradaban baru yang disebut sebagai era informasi. Era baru ini ditandai dengan ledakan informasi (information explosion) serta mendorong lahir dan berkembangnya teknologi informasi (information technology). Informasi baru muncul dalam hitungan tiap detik, mampu menembus batas-batas geografis dengan kecepatan yang luar biasa karena dikemas dan dikelola sedemikian canggihnya. Akibatnya, manusia tidak lagi memiliki kesulitan untuk mengakses bermacam-macam informasi baru. Perubahan era ini memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap institusi perpustakaan. Tingginya kebutuhan masyarakat akan informasi, ketersediaan informasi yang sangat beraneka ragam, gelombang informasi baru yang sangat cepat, serta teknologi informasi yang semakin canggih, mendorong perpustakaan untuk mampu menerapkan teknologi dan manajemen informasi yang handal. Pada era informasi sekarang ini tentunya masyarakat tidak lagi mau mendapatkan pelayanan perpustakaan yang lambat, tidak aktual, berbasis manual, tidak sesuai dengan kebutuhan serta berbagai keterbatasan lainnya. Jika suatu perpustakaan tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat tersebut, bukan tidak mungkin perpustakaan akan segera ditinggalkan oleh masyarakatnya. Selama ini setiap kali pembahasan mengenai peningkatan kualiatas perpustakaan selalu saja yang menjadi kambing hitam adalah masalah minimnya alokasi anggaran yang mengalir ke perpustakaan. Kita masih saja beranggapan bahwa faktor dana merupakan penentu utama terwujudnya perpustakaan yang berkualitas. Sementara faktor human capital seringkali ditempatkan pada posisi ke sekian kali. Padahal sesungguhnya jika dikaji secara lebih mendalam faktor human capital inilah yang harus lebih diperhatikan, karena human capital secara langsung maupun tidak langsung dapat memperngaruhi efektivitas dan efisiensi sumber daya lain yang dimiliki perpustakaan. Sebesar apapun dana yang dialirkan ke perpustakaan tidak akan menghasilkan manfaat apa-apa jika human capital yang ada di perpustakaan tersebut tidak mampu mengelolanya dengan baik. Dengan demikian peningkatan human capital, salah satunya adalah pustakawan, harus merupakan prioritas utama di dalam peningkatan kualitas perpustakaan. Perpustakaan akan maju jika pustakawan-pustakawan yang bekerja adalah pustakawan yang memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi. Disamping alasan tersebut di atas, pentingnya profesionalisme bagi pustakawan juga harus dipandang dari perlunya upaya pustakawan untuk mempertahankan eksistensi di tengah-tengah kompetisi profesi. Para pustakawan harus menyadari adanya ancaman deprofesionalisasi, seperti pandangan Wilensky yang menyatakan : ”that all occupations are placed on a continuum of professionalization. Some progressing, others remaining statistic and yet anothers moving backward. This seems an eminently commonsensial and observable model carrying within it the central concept of movement along the spectrum, whilst responding or failing to respon to societal and occupational changes”. ( Mike Freeman dalam Subhas C. Biswas, 1995 : 451) [bahwa semua jenis pekerjaan ditempatkan pada kontinum profesionalisasi. Beberapa dari pekerjaan-pekerjaan tersebut berkembang, yang lainnya statis dan yang lain lagi bergerak mundur ke belakang. Ini merupakan model yang nyata-nyata masuk akal dan dapat diobservasi yang di dalamnya membawa konsep pergerakan sepanjang spektrum, apakah mampu atau gagal merespon perubahan sosial maupun perubahan di dalam pekerjaan tersebut.]Pernyataan Wilensky tersebut memberikan gambaran yang jelas bahwa suatu profesi dapat mengalami kemunduran atau lenyap, karena kegagalan orang-orang yang menjalankan profesi tersebut untuk merespon perubahan-perubahan sosial di masyarakat, serta perubahan-perubahan pekerjaan sebagai akibat perubahan sosial tersebut. Saat ini pustakawan di Indonesia nyata-nyata berhadapan dengan perubahan sosial di masyarakat yang berpengaruh terhadap pekerjaan pustakawan sehari-hari. Contoh sederhana dapat dilihat pada kegiatan sirkulasi pelayanan perpustakaan. Jika pada masa lalu sirkulasi dapat dikerjakan pustakawan dengan pencatatan secara manual, namun pada masa sekarang pustakawan dituntut menjalankan sirkulasi dengan komputer, sehingga pekerjaan pustakawan harus berubah dari sekedar mencatat menjadi pemprograman, entry data, dan sebagainya. Contoh tersebut hanya merupakan perubahan kecil yang terjadi pada tugas sehari-hari. Hal ini belum lagi jika pustakawan berhadapan dengan trend baru di dalam dunia kepustakawanan modern, yaitu dengan munculnya digital library (baca: perpustakaan digital) atau konsep library without wall (baca: perpustakaan tanpa gedung). Akan sulit dibayangkan apa yang dapat dilakukan oleh para pustakawan jika mereka masih berorientasi pada manajemen perpustakaan paradigma lama yang berbasis manual. Akankah masih ada tempat bagi pustakawan untuk menjalankan kiprahnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat informasi di masa mendatang? Masihkah akan ada profesi pustakawan jika di masa depan perpustakaan tidak lagi berisi koleksi buku-buku atau bahan pustaka tercetak lainnya? Jika pustakawan berharap masih dapat tetap eksis di masa-masa mendatang maka sedini mungkin pustakawan harus mengambil langkah untuk menghadapi tantangan dan ancaman terhadap eksistensi mereka di dalam pengelolaan informasi.
II.PROFESIONALISME PUSTAKAWAN
Ada beberapa ahli yang memberikan penjelasan terhadap terminologi profesionalisme. Dictionary of the Social Science mendefinisikan profesionaisme sebagai the method, manner of a profession. Sementara Siagian mendefinisikan profesionalisme sebagai kehandalan dalam melaksanakan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat dan dengan prosedur yang tertentu (2000:163). Ahli yang lain, Tjokrowinoto, mendefinisikan profesionalisme sebagai kemampuan untuk merencanakan, mengkoordinasikan, dan melaksanakan fungsinya secara efisien, motivatif, lentur dan mempunyai etos kerja yang tinggi (1996 : 191). Sedangkan, Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan profesionalisme sebagai mutu, kualitas dan tindak-tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.Dari definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme melekat erat dengan orang-orang yang menjalankan profesi sehingga mereka mampu bekerja dengan baik sesuai standard an prosedur yang berlaku pada profesi tersebut. Berkaitan dengan profesi pustakawan, ada beberapa ahli yang memberikan gambaran bagaimana sosok seorang pustakawan yang profesional. Robert dan Konn berpendapat bahwa pustakawan dapat dikatakan profesional apabila memiliki 3 (tiga) aspek keahlian, yaitu :
1.Keahlian Manajerial, yaitu keahlian yang berkaitan dengan aplikasi manajemen dalam konteks perpustakaan. Pada aspek manajerial ini pustakawan dituntut untuk mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip manajemen di perpustakaan. Misalnya pustakawan harus mampu merumuskan sistem manajemen yang baik bagi perpustakaan, dimulai dari sistem administrasi, sistem sirkulasi pelayanan, promosi untuk kegiatan pemasaran perpustakaan, dan sebagainya.
2.Keahlian Teknis, yaitu keahlian yang berkaitan dengan kemampuan pustakawan untuk menerapkan aturan dan standar yang berlaku pada profesi pustakawan yang didasarkan pada body of knowledge, yaitu ilmu perpustakaan. Misalnya, pada ilmu perpustakaan dikenal adanya teknik klasifikasi dan katalogisasi bahan pustaka maka para pustakawan dituntut untuk mampu menerapkan aturan-aturan yang berlaku pada teknik klasifikasi bahan pustaka tersebut di perpustakaan.
3.Keahlian Kontekstual, yaitu keahlian yang berkaitan dengan kemampuan pustakawan untuk melakukan penyesuaian dengan atmosfir lingkungannya. Ini berarti bahwa pustakawan harus mampu merespon perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.
Sementara itu, Corral dan Brewerton memberikan ukuran lain tentang profesionalisme pustakawan di abad 21 (1999: 272). Keduanya berpendapat bahwa indikator yang dapat dipergunakan untuk melihat profesionalisme seorang pustakawan adalah keahliannya untuk menjalankan berbagai peran di dalam organisasi diantaranya sebagai:
1.Business professional – yaitu bahwa pustakawan harus benar-benar mengetahui core organisasinya dan sektor dimana dia menjalankan tugas. Ini berarti seorang pustakawan harus benar-benar mengetahui tujuan pokok, fungsi, visi dan misi organisasi dimana dia bekerja serta benar-benar mengetahui di sektor pelayanan publik mana dia harus berkiprah.
2.Technology manager – bahwa pustakawan harus familiar dengan teknologi informasi dan mampu menjadi confident users dari perangkat-perangkat yang yang dipergunakan dalam teknologi informasi di perpustakaan.
3.Content organizer – pustakawan harus cakap dalam menyeleksi, mengklasifikasi, menstruktur, dan mensintesa data, informasi dan pengetahuan. Pustakawan harus mampu mengelola dan mendayagunakan bahan pustaka.
4.Communicator – pustakawan harus dapat berkomunikasi secara efektif dengan library’s users (baca: penggunan jasa perpustakaan), dapat menangkap dan mengartikulasi informasi, ide, maupun gagasan baik secara verbal maupun gramatikal.
5.Change agent – pustakawan harus mampu membuat kontribusi yang substansial dalam pengembangan organisasinya, mampu menjadi fasilitator, negosiator dan manajer.
6.Entrepreneur – pustakawan harus inovatif dalam meraih kesempatan dalam mempergunakan ilmu pengetahuan dan informasi untuk memberikan manfaat pada organisasinya.
III.STRATEGI PUSTAKAWAN UNTUK MEWUJUDKAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN
Untuk mencapai profesionalisme yang tinggi para pustakawan tidak dapat hanya berpangku tangan serta menunggu uluran tangan pemerintah atau pimpinan organisasi dimana mereka bekerja. Pustakawan harus segera bangkit untuk menunjukkan kiprahnya di masyarakat. Pustakawan harus mau membangun diri dan menjalankan profesi dengan sebaik-baiknya sehingga mereka mampu membawa profesi pustakawan berdiri sejajar dengan profesi-profesi yang lain, seperti dokter, pengacara, peneliti, dosen, dan sebagainya.Untuk mencapai tingkat profesionalisme yang tinggi para pustakawan perlua menetapkan langkah-langkah strategis yang baik dan dapat membawa pustakawan pada perubahan menuju perbaikan dan bermuara pada tercapainya profesionalisme pustakawan. Beberapa langkah strategis yang perlu segera dilakukan oleh pustakawan tersebut adalah :
1.Melakukan Perubahan Mindset (Mindset Changing) Langkah strategi ini merupakan langkah awal bagi pustakawan di dalam upaya membangun diri mereka, karena hanya dengan merubah mindset inilah pustakawan dapat melakukan perubahan secara terencana (planned change) sehingga perubahan tersebut dapat berjalan dengan terarah, teratur dan dapat menuju tujuan yang tepat sesuai yang diharapkan. Di dalam perubahan mindset ini pustakawan harus merubah cara pandang mereka terhadap perpustakaan dan tugas-tugas kepustakawanan. Jordan Scepansky (seorang pustakawan dari Amerika) menyatakan bahwa pustakawan harus segera memikirkan dan mendefinisikan kembali (rethinking and redefining) pengertian perpustakaan dan pustakawan dari definisi lama yang konvensional serta dapat menjebak mereka sehingga tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan jaman (2006). Selama ini banyak pustakawan yang memberikan pemahaman yang sangat sempit terhadap perpustakaan, dimana menurut mereka perpustakaan hanya merupakan tempat meminjamkan buku kepada masyarakat. Pemahaman sempit ini mengakibatkan pustakawan hanya terlena dengan tugas-tugas rutin seputar mengklasifikasi dan mengkatalog bahan pustaka, men-shelving dan menjaga bahan pustaka, tanpa menyadari bahwa masih banyak hal yang semestinya harus dilakukan pustakawan di tengah-tengah masyarakat yang berkembang secara dinamis ini. Disamping itu, pemahaman sempit itu juga menyebabkan rendahnya motivasi para pustakawan untuk meningkatkan ketrampilan dan keahlian mereka yang disebabkan ketiadaan tantangan di dalam bekerjaJika kondisi ini terus-menerus dibiarkan, pustakawan tidak akan beranjak dari citra mereka sebagai penjaga buku (book keeper) di tengah-tengah masyarakat informasi, akibatnya pustakawan akan terus-menerus diremehkan oleh masyarakat dan bahkan ditinggalkan oleh masyarakat. Jika sudah begitu, bukan tidak mungkin pada suatu ketika nanti profesi pustakawan akan lenyap dan fungsi perpustakaan telah diambil alih oleh lembaga-lembaga lain yang lebih mampu memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat.Tentunya hal tersebut tidak boleh terjadi. Pustakawan harus mulai merubah paradigma mereka terhadap tugas pustakawan dari sekedar penjaga buku (book keeper) ke arah penyedia informasi (information provider). Pustakawan harus merubah cara pandang mareka terhadap fungsi perpustakaan dari sekedar tempat peminjaman buku ke arah penyedia dan pengelola informasi. Perubahan mindset ini akan menumbuhkan dan mendorong motivasi pustakawan untuk meningkatkan kemampuan mereka di dalam mengelola dan menyediakan informasi yang dibutuhkan masyarakat.
2.Membekali diri dengan Pengetahuan dan Kemampuan untuk Mengaplikasikan Teknologi Informasi. Tentunya akan terasa sangat ironis jika suatu lembaga yang memberikan pelayanan informasi di era informasi masih mengandalkan pekerjaan pada kegiatan catat-mencatat. Oleh sebab itu pada era yang canggih seperti sekarang ini para pustakawan mutlak harus mampu menerapkan teknologi informasi di perpustakaan. Untuk mewujudkan hal ini maka para pustakawan tidak boleh menjadi orang yang gagap teknologi. Pustakawan harus membekali diri mereka dengan teknologi informasi, khususnya internet. Selanjutnya, lembaga perpustakaan dimana pustakawan bekerja harus memberikan dukungan dengan mengirimkan para pustakawan untuk mengikuti diklat-diklat, workshop-workshop tentang teknologi informasi.
3.Membangun Kreativitas dan Inovasi. Langkah strategis ini menghendaki pustakawan untuk senantiasa menggali potensi dan kreativitas yang dimiliki serta tidak mudah puas dengan apa yang telah mereka kerjakan dan hasilkan. Pustakawan tidak boleh terjebak dengan tugas-tugas rutin yang konvensional, seperti mengkatalog, mengklasifikasi, men-shelving bahan pustaka, duduk menjaga pengunjung, tugas-tugas sirkulasi, dan sebagainya, tanpa mau melakukan terobosan-terobosan baru. Pada era yang sangat kompetitif ini pustakawan harus kreatif dan inovatif di dalam mengelola dan melayankan informasi kepada masyarakat. Berkaitan dengan kreativitas dan inovasi pustakawan, KEPMENPAN 132 Tahun 2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya memberikan peluang yang cukup besar bagi pustakawan di dalam menumbuhkan kreativitas dan inivasi mereka. Ini dibuktikan dengan tingginya angka kredit yang diberikan untuk kegiatan-kegiatan yang tercakup di dalam pengembangan profesi, jika dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan yang tercakup di dalam pengolahan dan pendayagunaan bahan pustaka dan informasi. Sayangnya, saat ini masih sedikit pustakawan yang memanfaatkan peluang tersebut.Di dalam menumbuhkan kreativitas dan inovasi, banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh seorang pustakawan, diantaranya :
•Membuat kajian terhadap karya-karya serta bidang kepustakawan
•Membuat tulisan-tulisan, baik berupa resensi buku, artikel, karya ilmiah
•Melakukan penelitian-penelitian, misalnya survey minat baca, kajian kebutuhan pengguna, dan sebagainya.
4.Melakukan Proses Pembelajaran (Learning Process). Langkah strategis ini menghendaki pustakawan untuk tidak berdiam diri dan mengalami stagnasi, melainkan selalu berkembang secara dinamis. Untuk itu pustakawan harus membekali diri mereka dengan ilmu pengetahun, ketrampilan dan keahlian baru. Dengan kata lain, mereka harus senantiasa melakukan proses pembelajaran dan tidak menutup diri dengan informasi-informasi baru.Proses pembelajaran dapat dilakukan pustakawan dengan beberapa kegiatan :
a.Aktivitas-aktivitas pengembangan diri seperti menghadiri seminar, mengikuti kursus dan pelatihan, membaca, menulis, mengedit literature bagi para profesional
b.Mengikuti pendidikan dan pelatihan di bidang kepustakawanan,
c.Mengikuti pendidikan formal, seperti kuliah untuk mencapai gelar S-1 bidang Perpustakaan atau master Ilmu Perpustakaan,
d.Aktif membaca buku-buku kepustakawanan, karya ilmiah hasil penelitian di bidang kepustakawanan, jurnal-jurnal, artikel-artikel di bidang kepustakawanan, dan sebagainya.
5.Membangun Kerjasama yang Baik Sesama Pustakawan. Profesionalisme pustakawan akan terwujud secara lebih cepat jika para pustakawan dapat menyatukan langkah, menyamakan persepsi, membangun visi yang sama sehingga mereka dapat menggalang kekuatan yang besar untuk sampai pada tujuan yang satu yaitu terwujudnya pustakawan Indonesia yang professional. Manfaat yang nyata dengan terbangunnya kerjasama sesama pustakawan ini diantaranya adalah : para pustakawan akan dapat melakukan tindakan-tindakan dan aktivitas- aktivitas yang bermanfaat sekaligus membuktikan kiprah mereka kepada masyarakat. Disamping itu para pustakawan dapat memperjuangkan diri dan kesejahteraan mereka, sehingga profesi pustakawan dapat disejajarkan dengan profesi-profesi lainnya.Dalam rangka membangun kerjasama atau cooperation diantara para pustakawan maka yang harus segera dilakukan oleh para pustakawan adalah :
a.Mengaktifkan forum-forum dialog dan diskusi bagi pustakawan, yang merupakan media untuk saling bertukar informasi dan pemikiran tentang perkembangan dunia kepustakawanan,
b.Menjadikan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) tidak saja sebagai forum untuk menyelenggarakan seminar, diskusi, rapat kerja, namun juga sebagai forum untuk menggali potensi pustakawan, forum pembelajaran bagi pustakawan, sekaligus forum untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang nyata-nyata bermanfaat bagi pengembangan kepustakawanan di Indonesia.
IV.PENUTUP
Mengingat beratnya tantangan yang dihadapi pustakawan di dalam mengembangkan kepustakawan pada era informasi ini, profesionalisme merupakan satu keniscayaan yang segera harus diwujudkan para pustakawan sehingga mereka dapat memperbaiki citra diri serta memperjuangkan agar profesi ini dapat disejajarkan dengan profesi lain yang telah mapan. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa agenda penting yang menunggu harus segera dilakukan oleh para pustakawan.Di tengah-tengah perubahan masyarakat yang sangat dinamis ini hanya ada dua pilihan bagi pustakawan, mereka bekerja keras mewujudkan profesionalisme pustakawan sehingga mereka tetap survive di tengah-tengah perubahan. Atau mereka terus terlena, berdiam diri, jalan di tempat, dan pada akhirnya digilas oleh lajunya arus perubahan. Jalan mana yang akan dipilih ? Para pustakawan sendirilah penentunya !!!!
semoga bermanfaat,,,,,,,,,,....
>>baca selengkapnya....

Sekilas Tentang Perpustakaan


Perpustakaan adalah suatu wadah atau tempat di mana didalamnya terdapat bahan yang disusun menurut sistim tertentu untuk masyarakat membacanya guna meningkatkan mutu kehidupannya.Sistem pelayanan perpustakaan dapat dibedakan ke dalam dua cara yaitu system pelayanan terbuka dan sistem pelayanan tertutup. Pada sistem pelayanan terbuka pengguna dapat masuk ke ruang penyimpanan koleksi, sehingga dapat mencari da menemukan sendiri bahan pustaka yang ditempatkan di dalam rak. Sedangkan pada sistem pelayanan tertutup pengguna harus meminta bantuan pustakawan unutk mencari bahan pustaka yang diperlukan.

Pustakawan adalah anggota staf berkualifikasi profesional yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaan sebuah perpustakaan, sedapat mungkin dibantu staf yang cukup,bekerja sama dengan semua anggota komunitas,dan berhubungan dengan perpustakaan umum lainya.Peran pustakawan bervariasi tergantung pada kondisi saat ini. Di dalam konteks khusus, ada ranah umum pengetahuan yang penting jika pustakawan mengembangkan dan mengoperasikan jasa perpustakaan yang efektif: yaitu mencakup sumber daya, manajemen perpustakaan dan informasi serta pengajaran. Di dalam lingkungan jaringan yang makin berkembang, pustakawan harus Kompeten dalam perencanaan dan pengajaran keterampilan menangani informasi yang berbeda-beda bagi konsumen dan penerbit. Dengan demikian, pustakawan harus melanjutkan pengembangan dan pelatihan profesionalnya.
>>baca selengkapnya....

Selasa, Mei 19, 2009

mengenal PERPUSTAKAAN DIGITAL

Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut melalui perangkat digital.
Layanan ini diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi di dalam koleksi obyek informasi seperti dokumen, gambar dan database dalam format digital dengan cepat, tepat, dan akurat.Menurut Widayawan, beberapa istilah yang digunakan untuk mengungkapkan konsep perpustakaan digital seperti perpustakan elektronik, perpustakaan maya, perpustakaan hyper, dan perpustakaan tanpa dinding. Pada dasarnya, perpustakaan digital itu sama saja dengan perpustakaan biasa, hanya saja memakai prosedur kerja berbasis komputer dan sumber informasinya digital.Jaringan informasi semacam internet memberikan kesempatan luas untuk mengakses lembaga yang menyediakan informasi. Jaringan ini berfungsi sebagai perpustakaan yang dinamakan perpustakaan tanpa dinding.Perpustakaan digital itu tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber-sumber lain dan pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna di seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidaklah terbatas pada dokumen elektronik pengganti bentuk cetak saja, ruang lingkup koleksinya malah sampai pada artefak digital yang tidak bisa digantikan dalam bentuk tercetak. Koleksi menekankan pada isi informasi, jenisnya dari dokumen tradisional sampai hasil penelusuran. Perpustakaan ini melayani mesin, manajer informasi, dan pemakai informasi. Semuanya ini demi mendukung manajemen koleksi, menyimpan, pelayanan bantuan penelusuran informasi.Gagasan perpustakaan digital ini diikuti Kantor Kementerian Riset dan Teknologi dengan program Perpustakaan Digital yang diarahkan memberi kemudahan akses dokumentasi data ilmiah dan teknologi dalam bentuk digital secara terpadu dan lebih dinamis. Upaya ini dilaksanakan untuk mendokumentasikan berbagai produk intelektual seperti tesis, disertasi, laporan penelitian, dan juga publikasi kebijakan. Kelompok sasaran program ini adalah unit dokumentasi dan informasi skala kecil yang ada di kalangan institusi pemerintah, dan juga difokuskan pada lembaga pemerintah dan swasta yang mempunyai informasi spesifik seperti kebun raya, kebun binatang, dan museum.Sayangnya, pertumbuhan perpustakaan digital masih dilakukan dengan trial and error, sehingga timbul kesan pemborosan dan kesia-siaan. Keadaan seperti ini sebenarnya bisa dikurangi sehingga menekan biaya dan waktu yang tidak perlu, antara lain dengan survei dan studi banding yang kuat. Kajian yang jeli pada ketersambungan dan aksesibilitas yang erat kaitannya dengan infrastruktur informasi akan menghindarkan kita dari kerugian karena investasi besar sia-sia.Lahirnya perpustakaan digital di Indonesia ini disambut baik para pengelola informasi atau pustakawan. Kebanyakan pustakawan terbuka terhadap perubahan teknologi, tetapi juga masih mengingat fungsi tradisional mereka, yaitu membantu orang untuk mencari informasi, baik dalam bentuk digital atau tercetak.Sosialisasi program perpustakaan digital terhadap para anggota jaringan dan para pengguna itu penting. Dalam hal ini, perlu peningkatan kesadaran akan fungsi utama mereka, yaitu memberikan kemudahan akses pengguna terhadap informasi. Untuk mempermudah akses, pustakawan perlu mendorong pengguna perpustakaan digital untuk melek informasi (information literate). Pengguna perpustakaan yang seperti ini adalah mereka yang sadar kapan memerlukan informasi dan mampu menemukan informasi, mengevaluasinya, dan menggunakan informasi yang dibutuhkannya itu secara efektif dan beretikaDigitasi PerpustakaanPada tahap pembangunan dan pemberdayaan perpustakaan, perhatian diarahkan pada penyelesaian bangunan fisik, penyediaan sarana lainnya seperti utilities, jaringan informasi, pengisian dengan isi materi koleksi. Pada tahap pengembangan perpustakaan secara umum, termasuk pengembangan fungsi dan program kegiatan, serta pengembangan koleksi terus menerus.Untuk kategori operasi, fokusnya makin diberikan pada pengembangan organisasi pengelola, pengembangan sistem operasi perpustakaan, pelaksanaan pemberian pelayanan, pembuatan program-program baru, upaya untuk makin mandiri dengan mengurangi ketergantungan pada sumbangan, serta mobilisasi dana dan sumber daya baik secara berkala maupun permanen. Semua penjelasan ini adalah untuk meyakinkan semua pihak bahwa rangkaian pekerjaan yang harus dilakukan ke depan adalah masih sangat panjang karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya melaldigital sinergisitas peran dan fungsi semua pihak. Untuk inilah, himbauan dukungan dan bantuan itu disampaikan.Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melayani 1 orang pengguna jasa perpustakaan dalam pelayanan sirkulasi kurang lebih 3 sampai dengan 5 menit. Sedangkan, apabila menggunakan sistem komputer dibutuhkan waktu kurang dari 30 detik. Hal ini mengindikasikan bahwa perpustakaan yang masih menggunakan sistem konvensional kurang optimal dalam hal pelayanan. Salah satu jawaban atas permasalahan tersebut adalah adanya suatu aplikasi program perpustakaan yang serba komputer (perpustakaan digital).
Digitasi perpustakaan merupakan salah satu jawaban terhadap pelayanan sirkulasi dan pelayanan informasi yang selama ini dikeluhkan masyarakat pengguna jasa perpustakaan. Hal ini tentunya dapat mengeliminir image negatif terhadap perpustakaan beralih fungsi menjadi tempat nongkrong, gosip, dan sebagainya dan bukan tidak dapat memainkan perannya yang signifikan sebagai bagian dalam dunia informasi, baik yang bersifat ilmiah, edukatif, rekreatif, ataupun fungsi-fungsi lainnya.
Beberapa keunggulan perpustakaan digital diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) long distance service,
(2) akses yang mudah,
(3) murah (cost efective),
(4) pemeliharaan koleksi secara digital,
(5) jawaban yang tuntas,
(6) jaringan global.
Keuntungan lain dari peran perpustakaan digital adalah:
(1) Manfaat perpustakaan digital diantaranya,
(2) sebagai sumber pengetahuan,
(3) media penyebaran pengetahuan,
(4) untuk penyimpanan (repository),
(5) untuk perawatan/preservasi,
(6) media promosi/etalase hasil karya civitas akademika, dan
(7) mencegah duplikasi dan plagiat.Perpustakaan digital secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan perpustakaan tradisional.
Chapman dan Kenney (1996), mengemukakan empat alasan yaitu: institusi dapat berbagi koleksi digital, koleksi digital dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan cetak pada tingkat lokal, penggunaannya akan meningkatkan akses elektronik, dan nilai jangka panjang koleksi digital akan mengurangi biaya berkaitan dengan pemeliharaan dan penyampaiannya. Di sisi lain, Internet sebagai media dimana bahan digital tersedia, standar dan teknologinya akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan.Perpustakaan yang mengembangkan perpustakaan digital apabila infrastruktur dan peralatan yang diperlukan sudah tersedia. Lankah selanjutnya, pustakawan harus mampu mengidentifikasi sumberdaya yang tersedia di dalam sekolah terutama sumberdaya manusia yang dapat dijadikan mitra dalam pengembangan. Kolaborasi sebagai hubungan formal dalam proses pengembangan mulai dari formulasi ide, perancangan, pengujian produk hingga implementasi adalah sangat penting..
Prinsip-Prinsip Pengembangan Perpustakaan digital
Dalam digitasi perpustakaan, ada 2 prinsip dasar pengembangan yang menjadi isu sentral dalam pengembangan digital library. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:
(1) koleksinya meliputi materi dari berbagai sumber,
(2) pemakai harus disajikan suatu pandangan homogen dan beragam sumber.
Dari pandangan di atas kemudian dielaborasi menjadi empat isu strategis yang berkaitan dengan pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan di lingkungan sekolah seperti berikut ini.
1. Penyediaan sarana layanan merupakan suatu keharusan untuk mendorong peningkatan pemanfaatan Komputer yang pada gilirannya bermuara pada peningkatan kualitas dan produktivitas warga sekolah.
2. Publikasi dengan perpustakaan digital mampu mendorong peningkatan kualitas karya yang dihasilkan oleh warga sekolah.
3. Penyediaan infrastruktur Komputer di dalam sekolah mampu meningkatkan efisiensi penyediaan layanan.
4. Kolaborasi antara bahan pustaka dan perpustakaan sesuai dengan fungsinya masing-masing mampu dikembangkan dengan pelayanan informasi berbasis Web yang sesuai dengan harapan warga sekolah.Berdasarkan isu strategis seperti yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan strategi pengembangan perpustakaan digital.
Setiap perpustakaan memiliki strategi pengembangan yang berbeda satu sama lain, tergantung pada kondisi awal masing-masing perpustakaan. Belajar dari pengalaman perpustakaan lain akan dapat membantu dalam perumusan strategi yang sesuai dengan kondisi masing-masing perpustakaan.Beberapa faktor yang berpengaruh dalam perumusan strategi tersebut antara lain adalah:
(a) berapa besar perpustakaan digital yang akan dibangun;
(b) pustaka apa saja yang menjadi kebutuhan akses di dalam sekolah; (c) komponen apa saja yang akan dibutuhkan;
(d) siapa saja praktisi yang mempunyai keahlian,
(e) pengguna,
(f) pengembang,
(g) tenaga teknis yang akan disertakan dalam pengembangan; dan
(h) fungsi-fungsi apa saja yang dapat didukung secara lokal atau apa saja yang harus dipasok oleh pemasok.Dalam sistem digitasi perpustakaan (digital library system) dipersyaratkan berbagai unsur yang mendukung dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya sebagaimana ditulis oleh Arif (2003) dalam makalahnya yang berjudul konsep dan perencanaan dalam automasi perpustakaan.
Unsur-unsur yang dimaksud adah sebagai berikut:
(1) Pengguna (user),
(2) Perangkat keras (hardware),
(3) Perangkat lunak (software),
(4) Data,
(5) Network/LAN, dan
6) Manual/prosedur penjelasan.
Rencana Pendigitasian
Rencana pengembangan Perpustakaan digital harus dinyatakan secara jelas dan detail. Rencana tersebut menjadi dasar pijakan untuk melakukan seluruh kegiatan rutin perpustakaan. Salah satu ciri rencana yang baik adalah bila rencana itu dirumuskan di dalam visi dan misi Perpustakaan.
Visi dan misi perpustakaan harus relevan dengan visi dan misi sekolah. Tujuan, sasaran, dan strategi pun harus dinyatakan secara jelas dan detail di dalam rencana strategis perpustakaan (telah dibahas pada bagian perencanaan perpustakaan).Selanjutnya, rencana perpustakaan yang baik harus mampu mencerminkan kebutuhan dari seluruh stakeholder perpustakaan. . Untuk mendukung terlaksananya rencana perpustakaan digital tersebut, beberapa usaha yang diperlukan dapat berupa:
1. Mengembangkan rencana strategis perpustakaan. Rencana strategis adalah proses yang berulang yang meliputi evaluasi, pembaharuan, dan verifikasi terhadap rencana strategis yang dibuat biasanya dilakukan 5 tahun sekali. Rencana strategis itu harus dikomunikasikan dengan seluruh staf perpustakaan dan menjamin akan adanya dukungan penuh dalam implementasinya.
2. Menyiapkan dan menyusun draf rencana tahunan, yang biasanya dikenal dengan perencanaan operasional. Pengelola perpustakaan kemudian mengkomunikasikannya, memnta persetujuan kepala sekolah dan meminta restu dari komite sekolah. Penyusunan rencana operasional tahunan harus melibatkan seluruh staf perpustakaan.
3. Menetapkan kebijakan perpustakaan (library policy decition) dan standar pelaksanaan tugas-tugas perpustakaan dalam bentuk Standard Operating Procedure (SOP).
4. Memonitor dan mengevaluasi kinerja perpustakaan (monitoring and evaluating library performance) selama triwulan (tiga bulan sekali).
5. Membuka kotak saran yang memungkinkan seluruh pengguna perpustakaan dapat memberikan masukan, komentar, saran, usulan, dan kritikan terhadap penyempurnaan program kerja perpustakaan.
>>baca selengkapnya....